Ketika seseorang sedang tertimpa musibah dan merasakan kesedihan yang
begitu mendalam, tentu saja dia membutuhkan penyemangat dan motivasi
agar dapat terus tabah dalam menjalani permasalahan yang saat ini sedang
di alami. Kata kata mutiara juga dapat dijadikan sebagai pemberi
semangat, dan yakinkan bahwa semua orang pasti mendapatkan cobaan dan
pasti tidak akan lebih berat dari kemampuan orang tersebut karena hal
tersebut merupakan ujian agar kelak nantinya dapat menjadi orang yang
lebih dewasa dalam menghadapi masalah.
Dari beberapa contoh kata kata mutiara di atas dapat kita ambil nilai
yang terkandung di dalamnya, jadikanlah sebagai motivasi dan
penyemangat hidup supaya kamu menjadi sosok yang berani dan pantang
menyerah. Sisi positif yang kita ambil secara tidak langsung akan
membuat kita menjadi orang yang berfikir logis dan tidak gegabah dalam
mengambil keputusan. Maka dari itu marilah kita kembali bersemangat agar
apa yang telah kita cita-citakan selama ini tidak terhambat hanya
karena masalah sepele yang mengganggu kesuksesan kita.
info jakarta
aktivitas kehidupan dirantau Jakarta
infonewjakarta.blogspot.co.id
Jumat, 15 Juli 2016
Kamis, 14 Juli 2016
Kegalauan Feminisme di Hadapan Neoliberalisme
Mungkin bukan kebetulan jika Nancy
Fraser, seorang feminis terkemuka, menulis sebuah artikel—yang kemudian
menimbulkan debat panjang—berjudul “How feminism became capitalism’s
handmaiden – and how to reclaim it” di The Guardian (14 Oktober 2013).[4]
Dalam artikel ini dengan tajam Fraser memperlihatkan dilema feminisme
gelombang kedua di tengah gelombang kapitalisme kontemporer dan
bagaimana cara mengatasinya. Artikel ini merupakan versi super singkat
dan populer dari karya baru Fracer, Fortunes of Feminism: From State-Manged Capitalism and Neoliberal Crises, yang memuat butir-butir argumen yang sama[5]. Pandangan Fraser ini hampir senada dengan pendapat sosiolog Manuel Castells dalam The Power of Identity, khususnya bab The End of Patriarchalism, yang menunjukkan problematika yang muncul di sekitar isu perempuan, anak, dan keluarga di dunia pasca-patriarkhi.[6]
Kedua penulis ini mengakui keberhasilan feminisme dalam menghancurkan
belenggu yang membatasi ruang gerak perempuan di dunia modern yang
patriarkhis, tetapi belakangan daya tersebut harus diakui menemui
keterbatasannya. Masalah terbesarnya datang dari bentuk kapitalisme yang
berubah. Sementara kapitalisme-negara berguguran, gelombang baru
kapitalisme yang nanti kita akan sebut sebagai neoliberalisme justru
semakin dominan. Di hadapan mode baru kapitalisme ini, feminisme seolah
hanya menjadi pelayan (hanmaiden) belaka.
Kita semua mengerti bahwa
feminisme adalah gagasan dan gerakan yang merujuk pada individu dan
kelompok yang beragam, merentang dari kiri hingga kanan. Kritik Fraser
dan Castells tampaknya diarahkan terutama kepada kaum feminis liberal
(lalu neoliberal) yang mengusahakan terciptanya pasar bebas, tetapi saya
melihatnya sebagai oto-kritik yang mempunyai relevansi yang sangat
luas, termasuk bagi kalangan feminis Marxis. Berangkat dari gagasan
kedua penulis tersebut, saya mencoba melihat problematika gender dalam
kerangka pembacaan ekonomi politik. Khususnya di Indonesia, dalam hal
ini saya menyaksikan semacam kegagapan feminisme dalam mencerna transisi
politik dari Orde Baru ke orde setelahnya yang tak lain merupakan
refleksi dari perubahan mode kapitalisme. Sementara isu-isu seputar
politik identitas berbasis agama dicurigai secara seksama, seperti
dampak “perda syariah” terhadap tubuh perempuan, problematika gender
yang berasal dari karut marut ekonomi politik sering lolos dari
perhatian. Kondisi ini tentu tidak terjadi begitu saja, tetapi
disituasikan oleh apa yang nanti kita bahas sebagai rezim
neoliberalisme.
Dari Kapitalisme-Negara ke Neoliberalisme
Terlebih dulu kita akan mengikuti
penjelasan Nancy Fraser mengenai dilema feminisme gelombang kedua yang
lahir pasca-Perang. Dipengaruhi oleh gagasan new-left yang sedang
mekar pada tahun 1960-an, kaum feminis gelombang kedua memposisikan
kapitalisme-negara sebagai sasaran tembaknya. Fraser memaksudkan
kapitalisme-negara sebagai “the hegemonic social formation in the
postwar era, a social formation in which states played an active role in
steering their national economies”.[7]
Dengan menggunakan pendekatan Keynesian, negara pada periode ini
mengelola kapitalisme sedemikian rupa agar terhindar dari krisis. Para
teknokrat telah belajar dari pengalaman depresi 1930 dan perencanaan
ekonomi selama masa Perang. Beberapa negara bahkan mempraktikkan “dirigisme”
dalam bentuk investasi infrastruktur, kebijakan industrial,
redistribusi perpajakan, provisi sosial, regulasi bisnis, nasionalisasi
beberapa industri strategis, hingga dekomodifikasi barang publik.
Meski demikian, di mata kaum
feminis, negara Keynesian ini mengabaikan aspek keadilan gender. Lebih
lanjut Fraser menguraikan empat elemen pokok kapitalisme-negara yang
menjadi sasaran kritik feminisme, yaitu ekonomisme, androsentrisme,
etatisme, dan Westphalianisme. Perlu diberi penekanan bahwa khususnya di
negara-negara poskolonial, keempat elemen tersebut ini sering berhimpun
bersama di bawah laras senjata rezim otoriter.[8]
Tidak jarang penindasan terhadap kekuatan-kekuatan yang mengancam
kapitalisme-negara diselesaikan dengan cara brutal. Dalam situasi yang
lebih moderat, negara menggunakan aparatus ideologisnya untuk
menghegemoni kesadaran rakyat agar tunduk di bawah kendalinya.
Menghadapi situasi represif ini, para feminis dan kalangan aktivis
penentang rezim lainnya berdiri di garis terdepan menyuarakan kebebasan.
Dengan mempolitisasi konsep “personal” (“personal is political”),
para feminis mengekspansi konsep emansipasi hingga ke ruang-ruang
keluarga. Bagi kaum feminis, penindasan atas perempuan tidak hanya
terjadi di ruang publik, tetapi juga di ruang privat.
Masalahnya, sejak tahun 1980-an, kapitalisme-negara dan apalagi yang bercorak “dirigisme” berguguran. Model negara kesejahteraan (welfare state)
tidak mampu lagi dipertahankan karena biayanya sangat mahal. Sementara
isu keterbatasan energi dan kerusakan lingkungan semakin mengemuka,
piramida terbalik demografi di negara-negara Barat, ageing society,
membuat negara kelimpungan. Di tengah situasi ini, pemerintah dipaksa
membuka sektor perekonomian kepada pasar seluas-luasnya. Privatisasi dan
deregulasi digulirkan di mana-mana. Tentu saja proses ini dipayungi
oleh gagasan demokrasi dan hak asasi manusia yang telah menjadi narasi
agung dalam percaturan politik global.
doa dan impian
Saat masih SD, saya masih ingat kalau
dulu sering dongkol bahkan menangis saat diajak bepergian oleh keluarga
saya. Penyebabnya hanya satu; motor ayah saya sering banget mogok
ditengah perjalanan. Bahkan, perjalanan refreshing pada hari Minggu
sering habis dijalan karena harus mendorong motor yang mogok atau
menunggui ayah yang harus memperbaiki sepeda motor bututnya
Saat saya
dongkol dan bersedih, ayah dan ibu saya selalu menasehati dengan lembut.
Bahwa kita harus bersabar dan bersukur atas pemberian dari Tuhan.
Ujung-ujungnya pasti saya disuruh berdoa dengan sungguh-sungguh agar
ayah diberi rumah bagus, motor bagus, dan mobil seperti salah satu teman
ayah yang saya kenal.
Saya juga masih ingat, saat SD saya
sangat senang diajak berkunjung ke rumah teman-teman ayah saya yang
kaya. Saat itu saya sering membayangkan ayahlah yang mempunyai rumah
seperti teman-temannya yang kaya tersebut. Bahkan bayangan, rasa, dan
keindahan yang saya rasakan bisa bertahan selama beberapa hari lho.
Saya juga masih ingat ayah dan ibu
sering bilang kalau mereka tidak mungkin bisa memiliki rumah besar dan
mobil seperti teman-teman mereka yang kaya. Alasan orang tua saya karena
mereka hanyalah pegawai negeri dengan gaji pas-pasan. Bahkan rumah kami
saat itu saja masih kontrak.
Tapi saat itu saya tidak peduli, saya
terus membayangkan betapa bahagianya jika ayah punya rumah besar dan
mobil tersebut. Setiap selesai sholat di tempat ngaji, saya selalu
memohon pada Allah kalau saya ingin ayah bisa punya rumah sendiri dan
mobil. Agar saya tidak selalu bersedih karena motor ayah yang selalu
mogok.
Tahukah anda? Ternyata dalam 3 tahun
bayangan saya ini menjadi kenyataan! Ayah saya akhirnya bisa punya rumah
yang luas, motor baru, dan sebuah mobil. PERSIS SEPERTI YANG SAYA
BAYANGKAN DAN SAYA MINTA PADA ALLAH SELAMA 3 TAHUN MULAI KELAS 2 SD!
Kisah yang Terjadi Pada Teman Saya
Kisah saya di atas juga terjadi pada
teman saya. Walaupun penghasilan dia pas-pasan, dia bisa menyekolahkan
anaknya di sekolah TK favorit dengan biaya yang sangat mahal. Semua itu
bisa terjadi karena si anak selalu membayangkan bahwa dia kelak akan
sekolah di tempat itu.
Si anak tidak peduli walau diberitahu
kalau orang tuanya tidak mampu membayar biaya pendaftaran. Bahkan dia
sampai menabungkan uang jajannya agar bisa sekolah di tempat impiannya.
Setiap pagi si anak selalu minta diajak sekedar melihat sekolah yang
kelak akan menjadi sekolahnya saat umurnya sampai.
Tahukah anda? Akhirnya si anak bisa
bersekolah di tempat itu walau secara logika tidak mungkin orang tuanya
mampu membayar biaya pendaftaran. Ternyata Allah mengiyakan impian sang
anak dan memberi rejeki yang cukup pada teman saya agar impian anaknya
bisa terwujud…Subhanallah.
Rabu, 13 Juli 2016
kehidupan Jakarta
Tidak bisa dipungkiri, terkadang ketika cobaan hidup begitu menghimpit,
masalah tak kunjung selesai, kita akan sedikit terbangun setelah
mendengar kata-kata motivasi dari keluarga, teman ataupun orang lain.
Kata kata itu seolah membuat kita menyadari sesuatu yang sebelumnya
belum kita temukan maknanya dalam jalan pikiran kita. Mungkin karena
pikiran kita terlalu penat dan fokus pada hal-hal yang menjemukan dan
membuat kita seolah merasa terbebani. Padahal, jika dipikir-pikir,
fase-fase sulit seperti itu lumrah sekali terjadi dalam hidup kita.
Bentuknya saja yang berbeda dari waktu ke waktu. Kalau dulu, saat kita
masih berada di bangku SD, mungkin mendapat nilai buruk di ujian sudah
menjadi masalah yang besar, tapi sekarang, tidak mendapatkan pekerjaan
menjadi suatu mimpi buruk yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun.
Bisa jadi, kalau masalah ini sudah terlampaui, hal semacam ini tidak
akan membuatmu pusing di masa depan. Jadi mulailah berpikir bahwa kamu
memang harus mengalami berbagai hal buruk untuk bisa berkembang.
Jakarta live
Setiap orang tentu ingin kaya dan tidak ingin menjadi miskin. Namun
bagi beberapa orang ada yang kurang beruntung karena terlahir di
keluarga yang kurang mampu. Sehingga diperlukan usaha dan perjuangan
yang ekstra keras untuk terbebas dari kemiskinan. Bagi Anda yang ingin
terbebas dari kemiskinan, KatMut bagikan kata kata orang miskin atau
lebih tepatnya kata mutiara tentang kemiskinan yang akan menginspirasi
Anda untuk selalu bersemangat, bekerja dengan giat untuk mewujudkan
impian Anda terbebas dari kemiskinan.
Langganan:
Postingan (Atom)